December 18, 2014

Memaknai Perayaan Natal: Antara Tradisi dan Pandangan Modern



Secara global, Natal harus ada pohon cemara, Sinter Klas plus Piet Hitam, dan tentu kado-kado cantik. Artikel-artikel penarik atmosfer Natal ini seperti menjadi jargon ikonik yang menggantikan makna tanggal tersebut. Saya terdidik melalui masyarakat sosial, termasuk gereja, bahwa mitos dan aksesoris tersebut cukup untuk memaknai Natal. Natal yang selalu datang dengan harapan, harapan akan bingkisan kado, yang, entah dari mana, harus ada di hari-hari itu.

 Beberapa pusat perbelanjaan melengkapi industri pendukung Natal dengan menghadirkan acara-acara temu Sinter Klas plus Piet Hitam atau pentas kompetisi musik dan paduan suara gerejawi. Kenapa saya sebut industri? Melihat potensi besar dari pasar, tentu produsen harus jemput bola. Logika komersial ini menghadirkan produk-produk suplementer yang sebenarnya jauh dari kebutuhan dasar penunjang makna Natal. Ambil contoh keberadaan pohon cemara sebagai aksesoris yang tidak boleh absen di ruang tamu hampir semua umat kristiani, di sini saya tidak menemukan koherensi antara pohon cemara dan kelahiran Yesus. Atau Sinter Klas dan Piet Hitam. Seperti apa silogisme kehadiran mereka berdua yang berkontribusi dalam kelahiran Yesus? Tidak ada! Kedua hal tersebut melekat menjadi tradisi Natal dunia barat (kemudian menyebar ke dunia timur) yang ditunggangi kepentingan-kepentingan kapitalis, kepentingan yang melihat agama sebagai pasar potensial yang tidak habis dimakan zaman Namun saya tidak secara naif menyebut hal tersebut salah, hanya kurang baik secara substantif untuk pendidikan theologi.

Padahal Natal sendiri, sebagai momen inisiasi munculnya kekristenan, memiliki banyak sekali kontroversi terkait tanggalnya. Rentang waktu yang jauh, melewati beberapa pergantian penanggalan, dan persebaran sejarah yang saling klaim, sepertinya mampu mengaburkan fakta sejarah tentang tanggal persisnya. Mengutip sejarawan dan budayawan Indonesia, Bambang Noorsena, penetapan hari Natal mula-mula ditentukan oleh pemimpin Gereja Ortodoks Koptik di Mesir pada 180 M yaitu Pope Demetrius of Alexandria (berdasar Koptik Didas Kalia Apostolorum) yang sudah menggunakan penanggalan Bintang, yaitu pada tanggal 29 bulan Kyiah. Sebelumnya, Gereja Mula-Mula masih menggunakan penanggalan orang Farisi, yaitu penanggalan Qamariah. Tanggal 29 bulan Kyiah Mesir ini setara dengan tanggal 24 bulan Tebet di Ibrani dan tanggal 7 bulan Januari penanggalan matahari Jullian (penanggalan bangsa Yunani Ortodoks yang mulai digunakan bersamaan dengan berdirinya kota Roma), bahkan setara dengan tanggal 19 bulan Januari penanggalan Kapadokian oleh Gereja Armenia. Baru kemudian pada abad ke-15 dilakukan revisi penanggalan Jullian ke Gregorian (dari paus gregorious XIII), yang otomatis merubah ke tanggal 25 bulan Desember.

Tentu fakta sejarah ini hanya satu serpihan kecil untuk mendukung makna Natal, makna kelahiran Yesus. Karena keimanan memang sudah seharusnya bersinergi dengan sejarah. Kemudian, saya menganggap, opini-opini pendukung tentang ritus-ritus pagan Dewa Matahari yang dikaitkan dengan tanggal tersebut merupakan bumbu-bumbu yang memang harus ada untuk menguji kebenaran historis tentang kelahiran Yesus. Persoalan beberapa gereja yang kemudian antipati tentang perayaan 25 Desember, tentu bukan di sini ranah pembahasannya, selain memang bukan domain dari saya.





Berbicara mengenai Natal di Lyon, penting bagi kita untuk menilik tradisi religius di kota ini. Lyon merupakan kota pertama di Perancis (sejak abad ke-3) yang mengadopsi dan mempertahankan pandangan Katolik yang  cenderung konservatif dan sulit mengikuti dinamika kekristenan. Satu contoh, adat Gereja Katolik seringkali menentang pernikahan antara pasangan Katolik-Protestan, dengan anggapan bahwa doktrin-doktrin dari Gereja Protestan adalah tidak benar dan menyalahi tradisi Gereja Mula-Mula. Padahal, lahirnya gereja Protestan adalah bentuk gerakan reformasi tentang penyelewengan melalui tindakan oligarki dan tirani oleh gereja Katolik Roma sebagai pemegang kekuasaan di era 1500 M. Namun sebenarnya, internal Gereja Katolik pada abad  ke-12 di Perancis sudah melakukan gerakan reformasi tentang hal-hal tersebut (dipimpin oleh Peter Waldo, yang sekarang dikenal sebagai gereja Waldensis). Belum lagi paradigma tentang doktrin dan liturgi yang dapat berbeda sama sekali. Dalam hal ini saya pernah mendengar satu opini dari satu Lyonnais1, bahwa komunitas tempat saya beribadah tidak bisa disebut sebagai gereja2. Di sisi lain Gereja Protestan pun sebenarnya tidak bisa dikatakan yang terbaik, karena berbanding lurus dengan waktu, denominasinya begitu dinamis dan kadang menjadi lepas kontrol. Ambil contoh keberadaan misionaris-misionaris yang gerilya di daerah jajahan pada era Kolonialisme, mereka begitu mudahnya menukar keimanan penduduk setempat dengan kebutuhan-kebutuhan primer dan sekunder yang cenderung modernis dan menghapus tradisi serta kearifan lokal. Meskipun harus diakui dan terbukti efektif, tapi hal ini seperti melempar bumerang benih pergolakan.

Merujuk fakta-fakta tentang kekristenan di atas, Eropa (khususnya Lyon) dan  Natal adalah paduan antara pandangan modern dan tradisi ribuan tahun. Disebut modern karena kebanyakan masyarakatnya mulai berpikir logis, menganggap religiusitas sebagai hal tabu yang menjadi persoalan pribadi, atau bahkan ranah pengganggu. Pandangan ini berbeda dengan adat ketimuran yang cenderung memegang prinsip-prinsip tradisional orang tua yang turun-temurun. Meskipun hasil akhir dari kedua blok adat ini tetap saling merayakan 25 Desember bersama keluarga, cara merayakannya pun sama, sama-sama beribadah di gedung gereja masing-masing. Secara garis besar juga memaknai hal yang sama, namun jauh di dalam, kami sama-sama paham tentang adanya perbedaan yang substantif. Entah perbedaan di hulu atau di hilir.



Tidak banyak yang terjadi di Lyon pada Natal, bahkan malam Natal jalanan amat sepi. Hanya ada beberapa orang yang sepulang dari ibadah malam Natal untuk sekedar makan malam atau ngopi di kafe. Hampir semua butik tutup, menyisakan lampu kerlap-kerlip di etalasenya, bertuliskan “Soldes” atau “Joyeux Noel”. Tidak ada pohon cemara bersalju atau paduan suara keliling seperti di film-film Hollywood. Karena kebanyakan orang sebelum Natal sudah memilih untuk berkumpul dengan orangtua dan saudara di daerah asal mereka (ini adalah tradisi warga Eropa, baik itu Katolik maupun Protestan), sedang lainnya memilih berlibur ke Alpen atau Grenoble untuk bermain ski. Sedikit kecewa? Ya, karena bertahun-tahun menjadi seorang Kristiani, saya selalu melewati Natal dalam suasana hiruk pikuk, entah rapat persiapan perayaan Natal, latihan drama/musik/paduan suara, sampai menghias gedung gereja, yang notabene tidak saya temukan dalam dua kali Natal terakhir.




Bersyukur dengan adanya Persekutuan Doa Ouikumene3 Lyon setahun terakhir, yang diinisiasi ibu-ibu Franco-Indo3. Selain ibadah rutin bulanan, setahun ada 2 acara besar, tentu saja Paskah dan Natal. Postur Natal terakhir cukup lengkap untuk dapat dikatakan sebagai perayaan, ada struktur organisasi, rapat pembahasan tema dan pernak-pernik pelengkap acara, serta tentu saja rentetan latihan musik. Yah, untuk acara Natal sekaliber komunitas 30an orang, terbilang sukses dan meriah, bahkan saya klaim sudah mampu meredam rasa kangen tentang Natal-an di tanah air.

Rentetan acara setelah Natal yaitu Tahun Baru. Ada fakta menarik tentang perayaan pesta di Perancis, semua pesta-pesta hari besar apapun tidak boleh lebih meriah dari 14 Juli, Hari Nasional Perancis atau La Fête Nationale. Jadi kemeriahan tahun baru sama sekali tidak ada di Lyon, bahkan Paris. Tahun lalu, saya sendiri berkesempatan menghabiskan akhir tahun di Milan. Sama seperti kebanyakan kota di dunia, malam tahun baru jalanan begitu riuh dengan manusia, aroma bir dan puntung rokok dimana-mana. Semua jalur transportasi menuju kota selalu penuh sesak, karena di pusat kota ada panggung besar dengan artis-artis yang sudah terdaftar untuk memeriahkan malam tahun baru. Dan klise, di puncak malam tahun baru ada pesta kembang api sensasional. Bahkan banyak orang yang sudah menyiapkan petasan-petasan kecil untuk saling dilemparkan ke pengunjung atau turis yang sedang lengah.

Sedikit penutup, pesta atau perayaan atau apapun itu seringkali tidak merepresentasi makna di balik kemunculannya. Bahkan hal-hal yang seharusnya substantif dan sakral tergantikan oleh ikon-ikon yang ditujukan untuk memuaskan rekening para punggawa kapitalis. Fenomena ini tidak hanya hinggap di kekristenan, tapi juga agama-agama lain. Religiusitas dianggap sudah sama derajatnya dengan Nasionalisme. Karena, sejujurnya menurut saya, agama hanya buah pikir manusia dampak dari relung kosong yang tidak terjelaskan. Yang kedua adalah sikap hati dan dasar pola pikir terhadap makna dan sejarah di balik perayaan itu. Berapa banyak dari umat Kristiani yang begitu tidak peduli tentang fakta-fakta sejarahnya? Hanya sekadar rutin beribadah, memahami, dan mengejawantahkan perintah-Nya. Tanpa sadar betapa rapuhnya pondasi keimanan yang mereka bangun dalam  korelasinya untuk menyikapi kebenaran.


Penulis: Dimas Dibiantara (M2 - INSA Lyon)


Sumber :
-  Khotbah Bambang Noorsena (Fakta Sejarah Natal)
-  Tulisan Alexander Maria Wang (Kalender Gregorian)
-  Wikipedia (Paus Gerejawi, Protestanisme, dan Hari Bastille)

Catatan Kaki :
1. Gereja dalam pengertian kristiani tidak selalu berarti bangunan fisik.
2. Ouikumene adalah komunitas kristen yang tidak memandang denominasi gereja. Denominasi adalah aliran-aliran doktrin yang ada di
    dalam kekristenan.
3. Franco-Indo merujuk pada orang Prancis yang menikah dengan orang Indonesia.

December 08, 2014

Fête des Lumières 2014


Fête des Lumières 2014 atau Festival of Lights atau dalam bahasa Indonesia, Festival Cahaya adalah sebuah event tahunan yang berlangsung selama 4 hari pada awal Desember di Lyon, Prancis. Acara terbesar ketiga di dunia ini, menarik lebih dari 3 juta pengunjung dari dalam dan luar negri. Acara ini berlangsung sejak 5 hingga 8 Desember 2014.

November 22, 2014

Desember ini, lihat Fête des Lumières yuk?!

Salut à tous !

PPI Lyon mengundang teman-teman PPI Prancis ke acara sortie Fête des Lumières 2014 yang akan berlangsung tanggal 6 Desember 2014.

Sekilas info tentang Fête des Lumières : sebuah acara tahunan internasional yang digelar oleh Ville de Lyon setiap tanggal 5-8 Desember. Selama 4 hari gedung-gedung dan landmarks kota Lyon akan dihiasi lebih dari 70 instalasi cahaya dan lampu-lampu yang keren. 









Di acara ini, PPI Lyon juga menyediakan akomodasi dan tur bersama. Selain itu, untuk info paket makanan silahkan kontak Anindya Widianto.

Bagi teman-teman PPI yang berminat berpartisipasi di acara sortie Fête des Lumières bersama PPI Lyon dapat menghubungi :
06 13 26 68 79
reyhanraditya@hotmail.fr

Disarankan kepada teman-teman untuk reservasi karena tempat terbatas !

A très bientôt !



October 29, 2014

“Iles des Rêves” : Melintasi Pulau-pulau Impian

Minggu, 28 September 2014, di gedung pertunjukkan CCVA Villeurbanne, warga Lyon terkesima oleh alunan musik kolintang yang mengiringi berbagai tarian tradisional Indonesia. Sore itu, para penonton, baik para pelajar Indonesia maupun warga Perancis, diajak untuk berkunjung ke pulau-pulau impian, melintasi nusantara, melalui pementasan “Iles des Rêves”.

“Iles des Rêves” merupakan pentas kebudayaan yang diselenggarakan PPI Lyon bekerja sama dengan Yayasan Bina Kreativitas Anak Bangsa. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian acara misi kebudayaan yang bertajuk “Cultural Journey to Indonesian Islands”. Yayasan Bina Lyon merupakan kota kelima yang disambangi setelah Delft, Eindhoven, Paris, dan Nancy.




Sebelumnya, pada 19 April 2014, PPI Lyon telah mengadakan acara tahunan Soirée Culturelle Indonésienne, dengan sajian utama teater historikal Indonesia. Namun, acara kali ini mengusung konsep yang agak berbeda. Tidak hanya mengenalkan Indonesia, melalui acara “Iles des Rêves”, PPI Lyon mengajak warga Perancis untuk menjelajahi aneka keragaman budaya Indonesia, bersama-sama dengan warga Indonesia yang tinggal di Lyon.


Tari Rancak Bana oleh Sanggar Ananda


Acara dibuka dengan Tari Rancak Bana yang merupakan kombinasi antara tarian Minangkabau dengan seni pencak silat. Grup musik kolintang Kawanua mencuri perhatian dengan memadukan lagu tradisional dengan lagu barat Can’t Take My Eyes Off of You. Sambutan meriah pun kian terasa ketika para penonton memberikan standing applause ketika grup musik HiVi, yang digawangi empat pemuda Indonesia, membawakan lagu legendaris La Vie en Rose dengan harmonisasi yang sangat apik dengan musik kolintang.


Grup musik kolintang Kawanua

Penampilan Sanggar Ananda






Suguhan utama di acara ini adalah tarian tradisional dari Sanggar Ananda Kawula Muda yang dibina oleh Aditya Gumay, grup musik Kolintang Kawanua, serta grup akustik HiVi. Rangkaian pertunjukan dikemas dengan dinamis dan apik, dengan memadukan kolaborasi antara ketiga grup dan juga penampilan setiap grup secara terpisah.

Berbagai seni kebudayaan yang disajikan antara lain Tari Genjring Nusantara yang diiringi kolintang, Tari Gong Enggang dari Kalimantan Timur diiringi kolintang dan lagi Cik-cik Periuk yang dibawakan HiVi. Lagu tradisional dari Sabang hingga Merauke pun juga ditampilkan lewat paduan apik HiVi dengan kolintang yang membawakan lagu Sik-sik Sibatumanikam, Sajojo, Ayo Mama, dan Hujan Gerimis Aje. Tak lupa, sebagai grup music anak muda, HiVi juga tampil membawakan lagu mereka untuk memperkenalkan musik akustik kontemporer yang digandrungi anak muda Indonesia.

Di penutup pagelaran, seluruh penampil berkolaborasi membawakan lagu dan tarian “Inilah Indonesia”, yang memadukan parade baju adat, tarian tradisional, serta lagu kreasi untuk menunjukkan betapa beragam dan berwarnanya budaya Indonesia. Gong acara yang meriah berhasil mengundang decak kagum penonton.


Grup HiVi bersama Grup musik Kolintang Kawanua

Dea dan Ilham dari grup musik HiVi

Ezra dari Grup Musik HiVi

Camille, salah satu pengunjung yang datang, mengungkapkan kekagumannya akan budaya Indonesia. C’est très super, le spectacle! J’aime bien la festivité de la culture Indonésienne, surtout les danses et les tenues traditionnels, ce sont magnifiques“, katanya sambil menambahkan bahwa ia sangat ingin berkunjung ke Indonesia.

Bapak Ashariyadi, wakil Dubes RI yang datang sebagai tamu undangan, juga menyampaikan penghargaannya, khususnya pada PPI Lyon. “Luar biasa sekali komitmen PPI Lyon untuk mengenalkan budaya Indonesia ya, karena kegiatan budaya Indonesia di sini terasa paling hidup dibanding kota-kota lain“.


Foto Sanggar Ananda bersama Bapak Wakil Duta Besar RI dan istri.

Rasanya penilaian Bapak Hari tak berlebihan mengingat dari tahun ke tahun, PPI Lyon telah aktif dan rutin menyelenggarakan acara kebudayaan Indonesia, dan juga turut berpartisipasi di acara resmi kota Lyon untuk memperkenalkan budaya Indonesia. Bagi PPI Lyon, adalah sebuah kebanggaan untuk membawa sebanyak-banyaknya warga Lyon berkunjung ke pulau-pulai impian, menjelejahi keragaman budaya nusantara.


HiVi bersama beberapa panitia Îles des Rêves 2014





October 16, 2014

Une nouvelle saison, une nouvelle direction!




Sehubungan dengan berakhirnya periode kepengurusan PPI Lyon 2013-2014, Bamus mengadakan pemilihan kepengurusan periode yang baru, yaitu: ketua, wakil (fakultatif), sekretaris, bendahara dan bamus. Untuk itu, diskusi dan presentasi pertanggung jawaban dilaksanakan di markas besar PPI Lyon: 4 Rue Victor Jara 69100 Villeurbanne, pada tanggal 18 Oktober 2014 pada pukul 10 pagi.

Vu que la période du conseil de l'association des étudiants indonésiens (PPI Lyon) de 2013-2014 est bientôt finie, le représentatif de conseil a organisé une élection pour la nouvelle direction de l'association: le président, le vice-président (facultatif), le secrétaire, le trésorier et aussi le représentatif. Pour cela, une réunion s'est déroulé au siège de PPI Lyon: 4 Rue Victor Jara 69100 Villeurbanne, le 18 Octobre 2014 à 10h.

Dari rapat ini, Reyner terpilih sebagai Ketua PPI Lyon 2014/205 dan Btari Kesumanegoro sebagai Bamus PPI Lyon.


September 28, 2014

FORUM DES LANGUES DU MONDE 2014

Forum des Langues du Monde adalah event yang memberikan jalan kepada masyarakat sekitar (non-Indonesian) untuk lebih mengenal bahasa Indonesia. Acara ini bertujuan juga untuk menjelaskan asal-usul bahasa Indonesia dan menghubungkannya dengan sejarah Prancis agar masyarakat disini lebih mendapatkan pandangan dan lebih mengerti.

Disini kami membuka 1 stand yang berisi buku-buku cerita dalam bahasa Indonesia, kamus Indonesia - Prancis, buku konjugasi dan alat-alat pendukung lainnya untuk memfasilitasi dan mempermudah warga asing untuk lebih mudah memahami dan mengenal bahasa Indonesia.

Kami juga mengenalkan aksara-aksara tradisional (Jawa dan Lampung)

Selain itu, kami menyediakan 'degustation' atau sajian makanan kecil berupa kue pandan sebagai alat untuk menarik pengunjung ke stand kami.

Dari segi dekorasi, kami menggunakan pajangan-pajangan khas Indonesia; kain-kain tradisional, wayang-wayangan, bendera, aksara jawa, lampung dan peta Indonesia. 

Annisa dan Arie di booth bahasa indonesia.

Arie dan Reyhan sedang menjelaskan kepada seorang pengunjung.

Citra menari Tari Cendrawasih

Aulia dan Arie berfoto bersama pengujung yang berasal dari Hungaria.

Beberapa anggota PPI Lyon berfoto didepan booth Indonesia.


Diskusi antara pengunjung dan penjaga stand

September 01, 2014

ÎLES DES RÊVES [À VENIR]





Un événement culturel organisé par l'Association des Étudiants Indonésiens de Lyon en partenariat avec une fondation artistique indonésienne, Yayasan Bina Kreativitas Anak Bangsa. Ici, on vous introduit la richesse de la culture indonésienne à travers le spectacle des différents danses et chansons traditionnelles qui viennent des différents parties de l'Indonésie et aussi, une performance par le group musical indonésien, HiVi.

Date: Dimanche, 28 Août 2014

Horaires: 15h-17h

Lieu: 
Centre Culturel et de la Vie Associative 
234 cours Emile Zola
69120 Villeurbanne
Metro A - Flachet

Tarif:
5€ pour enfant
7€ pour étudiant
10€ plein tarif

À Bientôt! :D

https://www.facebook.com/events/265968073597896/?ref_dashboard_filter=upcoming

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pelajar Indonesia di luar negeri tidak hanya memiliki tanggung jawab akademik saja, namun juga menjadi duta bangsa di tempat dia menuntut ilmu. Pelajar Indonesia di Lyon melalui PPI Lyon turut ambil bagian dalam hal mempromosikan dan mengenalkan seni dan budaya. Hal ini dilakukan dengan berpartisipasi di berbagai acara budaya yang diselenggarakan pemerintah kota Lyon, asosiasi lain, maupun yang digagas mandiri.

Pada kesempatan ini, Yayasan Bina Kreativitas Anak Bangsa merupakan sebuah yayasan yang bergerak dalam membina kreativitas pemuda-pemudi indonesia. Yayasan yang bekerja sama dengan Kemenpora dan intansi lainnya berniat mengadakan sebuah pertunjukan seni musik dan tari ke beberapa negara di Eropa seperti Jerman, Belanda, dan Perancis. Tur ini bertujuan mempromosikan alat musik kolingtang (melalui grup musik kolintang) , beberapa tarian daerah, dan grup musik HiVi. 

Tanggal : Minggu, 28 Agustus 2014

Waktu : Pukul 15.00 - 17.00 

Tempat :
Centre Culturel et de la Vie Associative 
234 cours Emile Zola 
69120 Villeurbanne
Metro A - Flachet





Tarif: 
5€ untuk anak
7€ untuk pelajar
10€ untuk umum

Sampai Jumpa! :D



Mencari Tempat Tinggal (Logement) di Lyon



Mencari tempat tinggal adalah kunci utama untuk tinggal di Perancis. Hampir semua administrasi mensyaratkan attestation d’habitation atau bukti tempat tinggal tetap karena selain semua hal penting dan personal biasanya dikirimkan lewat surat. Selain itu, tempat tinggal tetap juga menjadi jaminan bahawa kita tidak datang ke Perancis dan terlantar tanpa tempat tinggal.


Biasanya dalam pikiran kita selalu terbayangkan bahwa mencari tempat tinggal di Perancis adalah hal yang sulit dan penuh dengan administrasi yang compliqué. Terlebih di kota besar dan kota-kota pelajar seperti Paris, Lyon, Marseille, Toulouse, dll dan apalagi di waktu-waktu rentrée antara bulan Juli-September, mencari logement seperti mencari jarum di tumpukan jerami.

Sebenarnya, realitanya seringkali tidak semengerikan yang dibayangkan. Kuncinya adalah persiapan yang matang dan terbuka terhadap berbagai pilihan. Selain itu, ada baiknya jika di awal-awal kedatangan, kita bisa mencari logement sementara untuk 1-3 bulan pertama seperti logement chez l’habitant ou la famille d’accueil.

Berikut beberapa pilihan dan alternatif tempat tinggal di Lyon :

1.       LOGEMENT ÉTUDIANT


Logement étudiant atau student residence adalah tempat tinggal yang dikhususkan untuk para pelajar dan mahasiswa. Pilihan ini adalah yang paling umum dituju karena beberapa keuntungan yaitu tidak membutuhkan garant (penjamin dari orang Perancis).

Terdapat dua tipe student residence yaitu residence publique (umumnya dikelola CROUS atau Cité Universitaire) dan residence privée (dikelola oleh swasta)

·         CROUS dan Cité Universitaire


CROUS merupakan badan milik pemerintah Perancis yang bertugas mengelola asrama / apartemen bagi para mahasiswa. Kamar CROUS biasanya berukuran antara 9 – 12 m2, namun CROUS juga menawarkan studio (T1 atau T2) namun dengan harga yang relatif tinggi. Detail mengenai kamar dan tarif CROUS di Lyon dapat dilihat melalui link berikut : CROUS Lyon et Saint-Etienne.

Bagaimana cara memperoleh tempat tinggal di CROUS ?
-          Untuk mahasiswa dengan status BGF (Bourse de Gouvernement Français), pengurusan dilakukan dengan mengontak Campus France Régional Lyon. Di awal kedatangan, biasanya pihak Campus France akan menghubungi apakah kita membutuhkan bantuan untuk mencari logement atau tidak, dan mereka yang akan menempatkan kita di CROUS atau cité universitaire.
-          Untuk mahasiswa individual non BGF, pendaftaran ke CROUS dapat dilakukan dengan mengumpulkan DSE (Dossier Social Étudiant) selama periode 15 Januari – 30 April setiap tahunnya. Tidak hanya mendaftar logement, kita juga dapat mendaftar bantuan biaya pendidikan melalui pengumpulan DSE ke CROUS

·         Résidence Étudiant Privée

Sesuai namanya, apartemen mahasiswa ini dikelola oleh pihak swasta. Oleh karenanya, umumnya tarif yang dikenakan lebih mahal (antara 400-600 EUR untuk studio atau T1) ditambah kewajiban membayar frais d’inscription atau biaya pendaftaran yang besarannya 1x biaya sewa.

Namun, résidence étudiant privée umumnya menawarkan proses administrasi yang lebih simpel dan cepat (datang, isi formulir, pembayaran, tanda tangan kontrak, dan serah terima kunci). Di Lyon, ada beberapa pilihan résidence étudiant yang sering ditinggali para pelajar dari Indonesia yang dapat diakses melalui situs berikut :






2.       APPARTEMENT PRIVÉE

Bagi pelajar dan mahasiswa, menyewa apartemen sendiri melalui propriètere langsung memiliki beberapa keuntungan dan tantangan tersendiri. Keuntungannya antara lain dapat mencari apartemen sesuai yang diharapkan dengan harga yang masih terjangkau dan tanpa perlu membayar frais d’inscription.

 Apalagi jika menyewa apartemen particuliers yang disewakan tanpa agen. Di sisi lain, tantangan utamanya adalah apartemen tipe ini umumnya mewajibkan adanya garant orang Perancis. Tetapi, tenang saja, tidak semua propriètere mengharuskan adanya garant, terlebih jika kita dapat menunjukkan justificatifs de ressource yang rutin.

Selain itu, di Lyon, terdapat juga apartemen publik yang dikelola pemerintah regional sepeti OPAC du Rhone. Pilihan ini umumnya diambil oleh para mahasiswa yang membawa serta keluarga.

Berbagai pilihan apartemen dapat dicari melalui situs berikut :
http://www.crijrhonealpes.fr/france/LOGEMENT/annonce/Logement.html/typeid-2  (situs dari Pemerintah Regional Rhône-Alpes yang menawarkan logement pour étudiant chez particuliers sans frais d’inscription)
http://www.opacdurhone.fr/cms  (Situs pemerintah departemen Rhône untuk apartemen publik)

 
3.       LOGEMENT CHEZ L'HABITANT

Logement tipe ini artinya adalah tinggal di rumah penduduk Perancis atau kurang lebih seperti tinggal dengan host family atau famille d’accueil  di mana kita menyewa salah satu kamar di rumah / tempat tinggal mereka. Ukuran kamar yang diperbolehkan untuk disewakan antara 9-18m2 dengan fasilitas dapur dan kamar mandi bersama (sharing dengan tuan rumah). 

Keuntungan tempat tinggal ini antara lain administrasi yang umumnya jauh lebih praktis, tidak perlu mengeluarkan biaya installement, biaya listrik, air, dan internet yang lebih hemat. Selain itu, tinggal bersama keluarga Perancis memungkinkan kita untuk lebih cepat beradaptasi dengan Bahasa dan budaya Perancis.

Di sisi lain, perlu dipikirkan juga mengenai kebebasan kita dan penyesuaian dengan adat dan budaya yang berbeda. Logement tipe ini umumnya dapat dijadikan solusi tempat tinggal sementara di awal kedatangan kita di Perancis.

Logement tipe ini dapat dicari melalui situs-situs berikut:





4.       LOGEMENT INTERGÉNÉRATIONNEL

Logement intergénérationnel adalah salah satu proyek sosial yang bertujuan untuk memudahkan mahasiswa mencari logement sekaligus menjembatani hubungan antargenerasi antara yang muda dan yang lanjut usia. Konsepnya adalah membuka akses bagi mahasiswa untuk dapat tinggal bersama dengan para senior (55 tahun ke atas). 

Pilihan ini merupakan salah satu alternatef baru yang belum banyak dilirik oleh para pelajar dan mahasiswa Indonesia. Namun, berdasarkan referensi dan testimoni di internet, banyak yang berpendapat bahwa tinggal di rumah para lansia dapat membawa keuntungan tersendiri seperti lebih murah, lebih terfasilitasi, serta meenjadi salah satu aktivitas sosial yang bermanfaat.

Bagi yang tertarik tinggal di logement intergénérationnel, dapat mencari informasi lebih lanjut melalui:






5.       LOGEMENT COLOCATION

Artinya adalah sharing apartement. Artinya, kita dapat tinggal bersama dengan beberapa orang dalam satu apartemen. Khusus untuk mahasiswa Indonesia di Lyon, terdapat satu rumah yang disewa oleh 5-6 orang mahasiswa Indonesia yang disebut dengan ‘VJ’ atau biasa kami sebut sebagai ‘Markas PPI Lyon’. Penghuni VJ biasanya berganti setiap tahunnya dan akses untuk tinggal di sini dapat dilakukan dengan mengontak salah satu penghuni sebelumnya atau PPI Lyon.

Untuk colocation lainnya, kita dapat mencari lewat beberapa situs ataupun menghubungi pihak universitas (seperti Univ. Lyon 2 dan Univ. Lyon 3 yang menyediakan informasi colocations). Beberapa situs internet yang dapat kita kunjungi antara lain:

http://www.leboncoin.fr/   (situs tidak berbayar)
http://www.appartager.com/  (anda harus membuat akun, namun anda hanya dapat memasukan iklan dan mengirim pesan, untuk mendapat info seperti nomor telepon, anda harus menjadi member premium)




Untuk share apartment, yang paling penting adalah untuk berhati-hati agar tidak mengalami penipuan online. Keuntungannya adalah anda dapat mendapatkan tempat tinggal yang jauh lebih besar dibanding kamar di CROUS serta anda mempunyai housemate yang dapat membantu anda melatih bahasa serta bertukar kebudayaan.

TIPS DAN TRIK MENCARI LOGEMENT DI LYON


1.       Bagi yang mencari tempat tinggal untuk studi, sangat disarankan untuk menghubungi universitas kita terlebih dahulu. Biasanya di setiap universitas terdapat service de relation international  yang dapat membantu mencari tempat tinggal
2.       Siapkan dokumen-dokumen untuk pendaftaran apartemen terlebih dahulu. Umumnya dokumen yang dibutuhkan antara lain:
-       Pièce d'identité ;
-       Relevé d'identité bancaire ;
-       Justificatif des revenus ;
-       Carte étudiante / certificat de scolarité
3.       Jika kita ingin melakukan reservasi tempat tinggal dari Indonesia (sebelum berangkat ke Perancis), jangan sekali-kali melakukan transfer dana apapun sebelum menandatangani kontrak. Tidak disarankan pula mengirim kopian identitas resmi seperti paspor atau visa.
4.       Untuk mahasiswa penerima beasiswa BGF, langkah pertama yang harus dilakukan untuk mencari logement adalah menghubungi Campus France Régional (Lyon). Umumnya, mereka akan sangat membantu dan bertanggung jawab untuk mencarikan kita tempat tinggal
5.       Mulai tahun 2013, pemerintah Perancis memberikan bantuan Caution Locative Étudiant atau bantuan bagi para pelajar untuk membayar caution atau depot de garantie bagi mereka yang tinggal di résidence étudiant (publik maupun privat). Selebihnya mengenai prosedur pengurusan CLE dapat dilihat dalam link berikut : Caution CLE
6.       Jangan lupa untuk mengurus CAF (bantuan sosial) khususnya untuk bantuan sewa tempat tinggal. Cara mengurus CAF dapat dilihat di link berikut : Cara Mengurus CAF
7.       Jika sampai kedatangan di Lyon ternyata Anda belum juga memperoleh tempat tinggal, disarankan untuk menghubungi PPI Lyon agar dapat dibantu untuk ditampung sementara (3-5 hari) sebelum memperoleh logement.


Sumber:
http://www.lyoncampus.info/Location-et-colocation-en-ville_a1422.html
http://www.crijrhonealpes.fr/france/DT1233255803/page/Se-loger.html

Gambar:
http://www.meltycampus.fr/logement-etudiant-attention-arnaques-galerie-542677-1609017.html